Jejari menuding ke poket kecilku
Pandangan menyorotinya disertai tawa sinis
“Dikau terpelajar! Mengapa tersungkur begini?”
Daku bukanlah tersungkur
Daku juga bukanlah terjatuh.
Daku genggam kemas poket kecilku
Kalian tidak akan pernah tahu
Poket kecil ini disulami airmata
Suka duka menjadi fabriknya
Ya, ia kecil dimata kalian.
Tohmahan dan cacian kalian lemparkan
Tidak kurang juga lemparan idea:
“Carilah seorang suami berada
Hidup senang, mahukan apa sahaja
Semuanya mampu diadakan”
Daku hanya mampu tersenyum tawar
Poket kecilku masih kugenggam kemas
Kalian tidak akan pernah tahu
Dari poket kecilku ini
Daku melakar, mencoret impian sejati
Kalian merenung poket kecilku
Menayangkan poket besar kalian kepadaku
Kalian tidak akan pernah tahu
Poket kecilku mengisi periuk nasi
Menghulur juga buat ayahanda bonda
Poket kecilku menjadi saksi
Bicara dari kerabat sendiri:
“Dikau gadis, tempatmu diceruk dapur
Mana mungkin akan melangkaui
Para Adam disekeliling ini”
Daku sekali lagi tersenyum tawar
Begitu sekali pandangan kalian terhadapku
Ya, daku gadis berpoket kecil
Tetapi daku juga punya cita-cita
Daku percaya pada Ya Rabbi.
Kalian bicara soal poket kecilku
Gah sekali kalian membandingkanku
Daku cuma punya Ya Rabbi
Melihat tangis yang daku simpan
Mengerti perjuanganku bersama poket kecilku.
27 Julai 2016, Bilik Kenangan